Kamis, 05 September 2019

Dirgahayu NKRI Ke-74

Jajaran Muspika
Di tengah masih maraknya isu seputar disintegrasi bangsa pasca Pemilu 2019, momentum 17 Agustus tahun ini dirasa menjadi momentum yang amat tepat sekali untuk kembali merajut kebersamaan dan persatuan. 

RW 09 Baciro sebagai wilayah yang berinteraksi langsung dengan para saudara yang berasal dari lain daerah yang diwakili oleh adik-adik dari Asrama Kaltim, Kalsel, Bali dan Jawa Barat, tentu juga tidak ingin melewatkan wacana ini untuk menjalin dan mempererat tali silaturahmi bukan hanya pada saudara lain daerah tapi juga sekaligus ke internal sesama penghuni RW 09 sendiri. Demikianlah yang menjadi tajuk utama tema HUT RI Ke-74 yang ingin disampaikan oleh sambutan Ketua RW, Bapak Hudiyono.

Ibu-ibu Mempersiapkan Hidangan
Diawali dengan mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya, sambutan Bapak Camat Gondokusuman, acara bergulir demi acara, kemeriahan diselingi oleh flash mob antara warga dan adik-adik asrama menari bersama diiringi oleh lagu-lagu perjuangan dan pop yang makin memeriahkan suasana malam itu. Namun, tetap tidak terlupakan di tengah keriuhan, ibu-ibu RW 09 juga sigap mempersiapkan hidangan makan malam sebagai  pelengkap utama acara.
Suasana Malam Tirakatan
Para Sesepuh Bersama Bapak Camat Gondokusuman

Menyanyi Bersama Asrama Kaltim
Barangkali, kemeriahan peringatan HUT RI tidak akan tuntas tanpa partisipasi warga dengan bernyanyi-nyanyi bersama. Bahkan bukan hanya warga, para penghuni asrama juga tampak antusias menyumbangkan suara, baik diiringi oleh penyanyi mau pun tampil bergrup membawakan lagu-lagu . Namun pada akhirnya, waktu jualah yang memisahkan kita untuk mengakhiri keguyuban malam itu, di tengah harapan besar bahwa jalinan keakraban akan selalu terwujud di tengah-tengah warga RW 09 Baciro. Dirgahayu Indonesia!


Minggu, 01 Maret 2015

Pemilihan Ketua RT/RW Periode 2015-2018

Suasana Pemilihan Berlokasi di SMA PIRI
Syukur Alhamdulilah bahwa pemilihan RT/RW tahun ini di RW 09 Baciro telah terlaksana dan berjalan lancar. Bukan hanya lancar, tapi bahkan bisa dibilang mulus tanpa terkendala apa pun. Bagaimana tidak bisa dikatakan mulus, apabila semua ketua yang terpilih bahkan tanpa melalui proses voting alias terpilih secara aklamasi. 

Semua perangkat ketua RT/RW terpilih bahkan juga nyaris tanpa perubahan struktur personil, terkecuali untuk Ketua RT 32 yang mengalami pergantian dari Bapak Hendro ke Bapak Hudiyono.Selebihnya, untuk Ketua RT 31 masih tetap dipegang oleh Bapak Sonny Ario, RT 33 yaitu Bapak Widi Susanto dan Ketua RW-nya masih tetap Bapak Moehadi Moenawir.

Mbak-mbak Mahasiswi Kaltim Volunteer Jadi Resepsionis

Tak dapat dipungkiri bahwa mendapat mandat menjadi Ketua RT/RW untuk sampai saat ini, sebenarnya bukanlah amanah idaman bagi sebagian besar orang. Kalau ada pepatah Jawa bilang, rame ing gawe sepi ing pamrih, jabatan sebagai Ketua RT/RW mungkin adalah salah satu fakta yang tidak dapat kita ingkari.

Ke depan mungkin warga RW 09 perlu sekali untuk mulai memikirkan regenerasi dalam meneruskan suksesi bagi jabatan para pamong di lingkup di bawah kelurahan ini. Karena disadari atau tidak, kejenuhan, tenaga dan pikiran pasti tidak dapat terhindarkan bagi para pamong yang telah mengabdikan dirinya selama belasan tahun.
 

Namun untuk sementara ini, sudah selayak warga memberikan apresiasi setinggi-tingginya bagi para pamong terpilih yang masih mau dan ikhlas untuk mendarma-baktikan tenaganya bagi warga di seputar RW 09 Baciro. Proficiat!  

Rabu, 10 Desember 2014

September Ceria Baciro Gathering

Melepas kepenatan setelah sibuk beraktifitas memang menjadi salah satu pilihan buat kami warga Baciro RW 09 untuk menyegarkan kembali jiwa dan raga agar senantiasa menjaga semangat bekerja dan yang terutama memelihara kebersamaan di antara warga. Sekali pun wacana gathering ini mengalami beberapa kali penundaan, namun akhirnya terlaksana juga pada tanggal 20 September 2014 silam. Rescheduling acara ini memang mundur 3 pekan dari yang direncanakan, tidak lain karena dimaksudkan untuk mengakomodir beberapa keluarga yang berhalangan waktu dengan tanggal pelaksanaan.

Dengan berkendara secara beriring-iringan dalam jarak tempuh hampir 4 jam, rute yang harus kami lalui dari Jogja - Sarangan memang terasa agak menyita waktu karena padatnya lalu-lintas menjelang weekend. Namun sesampainya di lokasi, semua kepenatan memang serasa terbayar lunas, karena lokasi gathering di Cirro Stratus Sarangan ini memang mempunyai pesona yang memanjakan mata.

Malam acara gathering terasa meriah karena petang itu kami isi dengan beberapa hiburan. Beberapa warga ada sibuk bernyanyi-nyanyi secara bergantian, baik solo mau pun grup... yang lainnya ada yang sibuk membakar jagung, memanggang roti dan tak ketinggalan di bawah tenda yang sengaja kami bawa dari Jogja, ada pula yang melewatkan waktu dengan bermain kartu. Semua kegiatan ini kami lewatkan penuh dengan kegembiraan sampai tak terasa waktu berjalan sampai jauh malam... bahkan beberapa ada yang sampai menjelang pagi.

Keesokan harinya, setelah sarapan bersama-sama dengan menu yang telah disiapkan dari rumah, acara dilanjutkan dengan berjalan kaki bersama-sama belanja sayur dan buah ke pasar yang letaknya berada di sekeliling danau Sarangan. Kalau para orang tua sibuk dengan kegiatannya sendiri, begitu pula dengan anak-anak yang yang tak mau kalah dengan aktifitas mereka mengendarai speedboat mengelilingi telaga. Tak lama berselang, tracking berjalan kaki sejauh hampir 3 km menuju air terjun pun menjadi pilihan bagi warga yang masih punya tenaga ekstra. Sementara yang lainnya, menunggu di rumah peristirahatan sambil bercengkerama.

Tak terasa waktu bergulir sampai menjelang sore, sebelum akhirnya kami berkemas-kemas untuk pulang. Perjalanan kembali ke rumah pun tidak kami sia-sia begitu saja, karena sesampai di perbatasan Jatim-Jateng, kami masih menyempatkan diri untuk berbelanja buah strawberry yang bisa kami petik langsung dari kebunnya. Dua hari satu malam masih kurang rasanya kalau selalu dilewati dengan kegembiraan. Semoga di waktu yang akan datang, acara gatheringnya bisa lebih meriah lagi.


Kamis, 17 Juli 2014

Pilpres 9 Juli 2014

Setelah melalui tahapan pemilu legislatif bulan April kemarin, bangsa Indonesia pada bulan Juli ini menyelenggarakan pemilu presiden yang tepatnya dilangsungkan pada tanggal 9 Juli 2014.  Bisa dibilang pilpres adalah puncak dari pesta demokrasi di negara kita yang kali ini antusiasme rakyat Indonesia untuk menggunakan hak pilihnya membawa fenomena berbeda dibanding pemilu-pemilu tahun yang telah berjalan. Ini bisa dipahami mengingat baru kali ini pemilu di negara kita hanya diikuti oleh dua kandidat yang punya basis massa yang sama-sama kuat.

Terlepas dari animo dukungan masing-masing massa terhadap presiden pilihannya, anggota KPPS dari RW 09 Baciro tetap berusaha untuk berpartisipasi secara  aktif dan netral guna turut menyukseskan terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil. Mandat telah menjelma menjadi amanah, dan amanah adalah menjadi tanggung-jawab. Tidak ada  keraguan bagi panitia KPPS RW 09 Baciro untuk melaksanakan tugas sebagai abdi warga untuk melayani demi mengaspirasikan hak pilihnya. 


Persiapan telah dimusyawarahkan beberapa minggu sebelumnya dan detil-detil prosedur pemungutan suara telah dibicarakan secara teliti agar tidak ada sesuatu apapun yang terlewatkan. Tenda telah terpasang satu hari sebelum hari-H, dan persiapan pada tanggal 9 Juli telah dimulai sejak awal jam 6 pagi sebelum warga berdatangan. Tidak ada maksud lain adalah demi terselenggaranya pemilu yang jujur dan adil...siapapun presidennya yang nanti bakal terpilih.

Rabu, 17 April 2013

Gowes... Kuliner.. Hepi-hepi....

Setelah cukup lama hanya gowes rutin dengan rute ke Pakem - Sleman tiap minggu, akhirnya hari Minggu kemarin tanggal 14 April warga RW 09 Baciro kembali melakukan touring ke Selatan ke arah Pantai Baru yang berlokasi di Srandakan, Kabupaten Bantul.

Walaupun jalurnya relatif datar cenderung menurun, tetapi ternyata bersepeda ke Pantai Baru cukup menguras energi juga mengingat jaraknya yang bisa dibilang lumayan .... sejauh 35 kilometer dengan variasi track aspal, makadam dan pasir. Rentang 5 kilometer menjelang masuk area pantai bisa dibilang adalah area yang paling ramah buat mata dan ubun-ubun karena setelah 30 kilometer melintasi track aspal yang panas sepanjang perjalanan tiba-tiba memasuki pedesaan  suasana berubah menjadi sejuk karena hijau banyak pepohonan di kanan-kiri jalan. 

Tidak lengkap rasanya gowes jauh-jauh ke pantai tanpa kuliner mencicipi hidangan khas setempat. Dan karena daerah tujuan kali ini adalah kawasan pantai, sudahlah pasti hidangan yang dimaksud adalah menu makanan laut alias sea food.

Mengenai masalah harga tidak perlu khawatir karena di sekitar pantai banyak berdiri stand pasar ikan yang merupakan hasil tangkapan dari para nelayan setempat dengan harga cukup bersaing. Jenis-jenis ikan yang dijual pun cukup beragam, mulai dari tongkol sampai kerapu. Bahkan sebagai makanan pembuka ada kerang dan tiram yang enak buat disantap dengan dicocol pakai sambal buah nenas. Kalau tidak pengen  repot kita juga bisa meminta penjual ikan tersebut untuk sekalian memasak dan mengolah dengan aneka pilihan bumbu, tetapi jika pengen lebih afdol ..  memanggang sendiri bisa jadi alternatif yang lebih mengasyikkan buat mengisi weekend. Bon appetite!


Rabu, 11 Juli 2012

Saatnya Fenomena Cafe Hadir di Baciro?

Salah Satu Cafe di Kawasan Sagan

Ketika salah seorang tokoh asal Jogja bernama Anggito Abimanyu tidak terpilih menjadi Wamen dan memutuskan kembali ke kota asalnya untuk mengajar lagi di almamaternya di UGM, ada suara-suara sumbang yang usil berseloroh, "Udah.. balik aja ke Jogja.. kan enak bisa nyantai.. kota pensiunan.. jam 9 malem udah sepi ngga ada kehidupan..yang ada paling tinggal angkringan doang."

Jogja yang kita kenal sampai era 90-an, memang masih terasa identik dengan nuansa budaya tradisional yang kental. Namun demikian, dengan banyaknya jumlah kampus di seluruh penjuru kota, sesungguhnya perlahan tapi pasti agregat jumlah mahasiswa yang berdatangan dari tahun ke tahun, pada akhirnya tentu juga membawa potensi perubahan yang signifikan.

Apabila kita cermati, fenomena coffee shop.. lounge.. gourmet.. bistro.. brasserie.. apa pun namanya.. memang adalah nuansa yang lekat dengan keseharian kaum muda. Mahasiswa tamu yang berdatangan di Jogja bisa berasal dari kalangan mana saja. Mulai remaja dari sebuah tempat yang terpencil di kepulauan Sumbawa, sampai kota metropolitan seperti Jakarta.. bahkan tidak sedikit ekspatriat yang kini tinggal di beberapa boarding house dengan penjagaan sekuriti 24 jam all-around.

Baciro sebagai kawasan hunian yang mapan sejak tahun 1850-an dengan salah satu fasilitasnya berupa boulevard yang asri di tengah pemukiman.. pada akhirnya juga tak luput menjadi incaran investor untuk mengubahnya menjadi kawasan bisnis seperti Sagan, Kotabaru, Colombo dan Deresan yang memiliki konsep hunian yang hampir sama.

Dari keempat kawasan yang disebut di atas, Baciro memang relatif lebih steril dari dinamika bisnis yang bernuansa entertainment-showbiz seperti cafe atau resto. Walau pun memang warga juga tidak menafikan eksisnya kegiatan perkantoran yang berada di beberapa titik lokasi hunian di Baciro. Namun menimbang akses area public yang dimanfaatkan oleh pihak "tamu" yang dirasa masih dapat ditolerir warga, akhirnya bisa dimengerti kenapa bisnis perkantoran bisa eksis di Baciro, tetapi tidak demikian halnya dengan entertainment-showbiz.

Masih banyak memang sebetulnya PR yang harus dituntaskan warga untuk membuat Baciro menjadi semakin nyaman sebagai daerah hunian ideal  dari sedikit kawasan heritage yang masih tersisa di Jogja. Maka ketimbang meng-endorse-nya menjadi sebuah kawasan bisnis, rasanya Pemkot lebih bijaksana untuk mempertahankannya sebagai kawasan hunian yang madani demi menjaga nilai-nilai historis di dalam kawasan cagar budaya ini.

Kekeluargaan juga adalah salah satu kata kunci sampai saat ini bagi warga Baciro untuk mewujudkan lingkungan yang harmoni. Iklim kondusif yang masih terjaga hingga detik ini adalah sebuah bukti kepekaan warga terhadap kondisi sekitarnya. Walau pun sepintas kawasan ini terlihat tenang, sepi dan jauh dari hingar-bingar tapi bukan berarti warga Baciro tidak peduli satu sama lain. Bukan berarti masyarakat Baciro anti terhadap perkembangan jaman, namun lebih karena adanya aspirasi agar kemajuan itu sendiri yang diproyeksikan sesuai proporsinya.

Jumat, 16 Maret 2012

Kisah Hunian Nyaman di Pusat Kota Jogja

Suasana Malam Tahun Baru 2012
Selamat datang di website resmi milik RW-09 Baciro, Jogja. Situs ini kami gagas sebagai sarana komunikasi dan publikasi antar warga baik yang saat ini sedang atau juga yang mungkin telah lama meninggalkan lingkungan Baciro.

Berlokasi di jantung pusat kota Jogja, Baciro adalah pemukiman yang ideal bagi warganya  dengan segala fasiltas dan kemudahan yang ada. Seperti taman di tengah-tengah pemukiman, sistem sanitasi yg terpadu dan lokasinya yang strategis di tengah-tengah kota Jogja. 

Selain penghuni tetap, ada juga  beberapa PEMDA dari sejumlah propinsi di tanah air yang turut  mendirikan asrama mahasiswa di sekeliling wilayah ini. Seperti asrama mahasiswa Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali dan Jawa Barat. Bahkan seringkali keberadaan para mahasiswa inilah yang kerap  menjadi motor berbagai acara kegiatan lingkungan seperti tujuh-belasan, tahun baru dan berbagai acara penting lainnya.

Bagi warga Baciro sendiri yang pernah memiliki kenangan di masa kecil pasti tak akan melupakan nyamannya tinggal di kawasan yang hanya berjarak tempuh 5 menit dari sentra bisnis Jogja yang paling terkenal, Malioboro. Semoga kehadiran website ini dapat menjembatani ikatan silaturahmi baik dari para mantan warga dengan masyarakat yang saat ini masih berdomisili di Baciro, sekaligus merupakan ajang interaksi dan pertukaran informasi.